BIODEGRADASI 2,4-DIKLOROFENOL OLEH BAKTERI ALCALIGENES sp DAN BACILLUS sp
ABSTRAK
Senyawa
2,4-diklorofenol dapat diperoleh dalam air limbah proses pemutihan
bubur kertas yang menggunakan klorin. Pada kegiatan domestik,
2,4-diklorofenol dapat juga dihasilkan dari pembakaran sampah-sampah
domestik yang mengandung senyawa klorida organik. Kemampuan
mikroorganisme untuk mendegradasi suatu senyawa sangat dipengaruhi oleh
tingkat keracunan senyawa itu sendiri. Adanya halogen pada
2,4-diklorofenol yang menimbulkan proses deaktifasi pada mikroorganisme.
Sumber mikroorganisme yang digunakan diperoleh dari pengolahan air
limbah pabrik bubur kertas PT. Indorayon yang menggunakan klorin sebagai
pemutih, kemudian mikroorganisme ini diaklimatisasi dengan senyawa
2,4-diklorofenol. Hasil identifikasi bakteri berdasarkan uji secara
biokimia diperoleh dua jenis bakteri yaitu Acaligenes sp, dan Bacillus
sp. Biodegradasi 2,4-diklorofenol terjadi mulai hari ke 3 (tiga) hingga
hari ke 21, hal ini ditunjukkan oleh berkurangnya konsentrasi
2,4-diklorofenol hingga sebesar 0,2 mg/l dari konsentrasi mula-mula 40
mg/l untuk bakteri Alcaligenes sp.
Kata kunci : biodegeadasi, 2,4-diklorofenol, Alcaligenes sp, Bacillus sp
PENDAHULUAN
Kontaminasi
senyawa-senyawa kimia beracun telah menimbulkan masalah besar dalam
lingkungan. Senyawa kimia ini pada umumnya adalah hasil produksi yang
tidak alami (senobiotik). Untuk itu perlu dilakukan penanganan yang
serius agar senyawa-senyawa kimia ini tidak menimbulkan gangguan pada
ekosistem. Ada beberapa alternatif yang telah banyak digunakan untuk
menangani masalah ini seperti
melakukan pembakaran dan pengolahan secara kimia. Metode ini memerlukan
biaya yang relatif tinggi dan dapat menimbulkan masalah baru yang lebih
sulit untuk diatasi. Penggunaan mikroorganisme untuk proses
biodegradasi merupakan suatu alternatif yang menjanjikan untuk dikaji
lebih mendalam.
Senyawa
2,4-diklorofenol merupakan derivat klorofenol. Senyawa ini lebih besar
jumlahnya yang dibuang ke lingkungan dibandingkan diklorofenol lainnya.
Sumber terbesar 2,4-diklorofenol adalah dari hasil antara penggunaan
herbisida asam 2,4-diklorofenoksiasetat. Herbisida ini sangat banyak
digunakan saat ini. Senyawa 2,4-diklorofenol ini juga dibuang ke
lingkungan bersama limbah cair hasil proses pemutihan bubur kertas yang
menggunakan klorin.
Dengan
menggunakan mikroorganisme, 2,4-diklorofenol dapat didegradasi menjadi
senyawa yang lebih sederhana dengan tingkat keracunan yang lebih rendah.
Mikroorganisme yang lebih efektif untuk degradasi ini kemungkinan besar
adalah bakteri dan fungi. Menurut laporan Haggblom dan Valo (1995), ada
beberapa jenis mikroorganisme yang dapat mendegradasi 2,4-diklorofenol
antara lain; Pseudomonas sp. strain NCB 9340 (Evans dkk 1971), Flavobacterium sp. strain MH (Horvath dkk 1980), Acinobacter sp. (Beadle dan Smith 1982), Arthrobacter sp. (Bollag dkk 1988, Engelhardt dkk 1979, Spain dan Gibson 1988), Flavobacterium sp. strain 50001 (Chaudry dan Huang 1988), Rhodococcus erythropolis ICP (Gorlatov dkk 1989), Xanthobacter sp. strain CP (Ditzelmuller dkk 1989).
Degradasi
2,4-diklorofenol oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih
sederhana akan mengikuti suatu mekanisme dan kinetika degradasi serta
model kinetika tertentu. Hal ini disebabkan karena toksisitas senyawa
ini lebih besar dari pada senyawa diklorofenol lainnya (Chakrabarty dkk
1983). Pada penelitian ini, senyawa diklorofenol yang digunakan adalah
senyawa 2,4-diklorofenol. Disamping hal-hal di atas, senyawa ini dapat
memberikan beberapa kemungkinan hasil biodegradasi. Hasil biodegradasi
biasanya berbeda oleh mikroorganisme yang berbeda. Hal ini disebabkan
karakteristik dan kemampuan mikroorganisme itu sendiri dalam
mendegradasi 2,4-diklorofenol.
Untuk
mengetahui mikroorganisme aerob yang mendegradasi senyawa
2,4-diklorofenol, isolasi mikroorganisme dilakukan dari limbah pabrik
bubur kertas yang menggunakan klorin sebagai pemutih. Mikroorganisme ini
diaklimatisasi dengan senyawa 2,4-diklorofenol, dan selanjutnya
diisolasi serta diidentifikasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa
klorofenol merupakan kloroaromatik yang banyak dibuang ke lingkungan.
Pada kegiatan pertanian, klorofenol digunakan sebagai biosida, seperti
herbisida dan fungisida. Pada kegiatan industri klorofenol biasanya digunakan
sebagai fungisida. Fungisida ini biasanya digunakan pada industri
pengawetan kayu seperti bantalan rel kereta api dan kayu hasil olahan.
Klorofenol juga digunakan sebagai biosida pada industri cat dan minyak
(Kobayashi dan Rittman 1982).
Ada
beberapa sumber klorofenol yang sangat potensil dalam lingkungan. Pada
kegiatan pertanian, di samping penggunaan sebagai biosida, klorofenol
dapat dihasilkan dari hasil antara sintesa biosida di dalam lingkungan.
Hal seperti ini dapat dilihat pada sintesa herbisida 2,4-diklorofenoksi
asetat (2,4-D) yang menghasilkan 2,4-diklorofenol dan sintesa
2,4,5-triklorofenoksi asetat (2,4,5-T) yang menghasilkan
2,4,5-triklorofenol (Nillson dkk 1978). Pada kegiatan industri,
klorofenol dapat dihasilkan dalam air limbah pabrik bubur kertas yang
menggunakan klorin sebagai pemutih. Pabrik bubur kertas dapat
menghasilkan 100-300 g klorofenol per ton bubur kertas ( Jokela dan
Salkinoja Salonen 1993). Pada kegiatan domestik, klorofenol dapat
dihasilkan dari pembakaran sampah-sampah domestic yang mengandung
senyawa klorida organik.
Klorofenol
adalah racun bagi semua organisme (Kozak 1979). Pentaklorofenol (PCP)
adalah senyawa klorofenol yang paling beracun. Senyawa ini dapat
mematikan ikan, tikus, dan manusia jika terdapat konsentrasi 100 mg/kg
pada jaringan (Nillson dkk 1978, Kobayashi dan Rittman 1982). Hasil
penelitian Huber dkk (1982) melaporkan bahwa konsentrasi 1 μg/l dalam
air dapat menghambat sintesa klorofil dan produksi oksigen oleh algae.
Pada pertumbuhan bakteri, klorofenol dapat berfungsi sebagai anti
bakteri.
Pada
studi pengolahan air limbah ada beberapa tipe bioreaktor yang digunakan
untuk mempelajari penyisihan konsentrasi klorofenol yang dikandung oleh
air limbah. Beberapa studi telah melaporkan adanya penyisihan atau
degradasi klorofenol pada air limbah dengan menggunakan sistem Lumpur
aktif. Pada studi ini diperoleh efisiensi penyisihan antara 20% hingga
90% (Puhakka dkk 1992, Edgehill dan Finn 1983, Ettala dkk 1993, Hikman
dan Novak 1984). Puhakka dan pembantunya (1994, 1993, 1992) telah
mempelajari penyisihan senyawa klorofenol dengan reactor fluidisasi pada
kondisi aerob. Penyisihan klorofenol yang diperoleh adalah 90% dengan
waktu tinggal = 5 jam selama 12 hari percobaan. Pada percobaan Jarvinen
(1992) dengan menggunakan reactor yang sama diperoleh penyisihan
klorofenol sebesar 90%. Percobaan ini juga melaporkan adanya pelepasan
atom klorida yang sebanding dengan konsentrasi klorofenol dan Karbon
Organik Total (TOC) yang disishkan. Jarvinen (1994) melaporkan, dengan
menggunakan reaktor fluidisasi pada kondisi aerob dan temperatur dibawah
100C diperoleh penyisihan klorofenol sebesar 90%.
Biodegradasi klorofenol
Adanya
kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa-senyawa
kloroaromatik, maka diperoleh suatu anggapan bahwa mikroorganisme dapat
digunakan untuk degradasi senyawa-senyawa klorofenol. Senyawa klorofenol
ini dapat didegradasi oleh mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Peristiwa metabolisa pada degradasi ini juga diikuti
oleh mineralisasi dari senyawa tersebut. Mineralisasi merupakan konversi
dari senyawa klorofenol menjadi senyawa anorganik. Dalam hal ini
klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh
mikroorganisme.
Senyawa
klorofenol adalah senyawa siklis aromatic yang resisten. Klorofenol ini
dapat didegradasi oleh beberapa mikroorganisme manjadi molekul yang
toksisitasnya lebih rendah. Adanya halogen pada siklis aromatik biasanya
menimbulkan proses deaktifasi pada mikroorganisme dalam biodegradasi.
Pengaruh deaktifasi bertambah dengan bertambahnya jumlah substitusi
halogen pada aromatik. Klorofenol dengan substitusi halogen yang besar
dapat menjadi resisten dalam biodegradasi mikroorganisme.
Dehalogenasi klorofenol.
Ada
bebarapa bakteri yang dapat tumbuh dan melakukan mineralisasi pada
senyawa klorofenol. Pada peristiwa mineralisasi atau penyisihan halogen
dari senyawa organik oleh mikroorganisme ada dua tipe reaksi yang sering
terjadi yaitu reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi
adalah peristiwa perpindahan elektron dari senyawa halogenasi atau ke
senyawa halogenasi itu sendiri.
Reaksi
oksidasi pada umumnya tidak secara langsung menghilangkan halogen
kecuali jika diikuti oleh suatu dehalogenasi hidrolitik. Pada kasus ini
posisi halogen digantikan oleh group hidroksi dari air dengan melalui
substitusi nukloefilik. Senyawa-senyawa kloroaromatik pada umumnya
melakukan oksidasi sebagai tahap awal sebelum deklorinasi (Dorn &
Knackmuss 1978, Nillson 1990, Haggblom 1993). Pada kondisi anaerobik
reduksi dehalogenasi lebih dominan dalam penyisihan halogen (Mohn &
Tiedjie 1992). Reduksi diikuti oleh perpindahan antara halogen dengan
atom hidrogen. Dalam senyawa-senyawa kloroaromatik, reduksi deklorinasi
biasanya sebanding dengan derajat klorinasi. Senyawa klorofenol dengan
substitusi klor tingi seperti pentaklorofenol lebih cenderung melakukan
reduksi sebagai tahap awal dehalogenasi, yaitu dengan terjadinya
perpindahan antara atom klor dengan atom hidrogen. Reduksi ini biasanya
terjadi pada dehalogenasi aerob dan anaerob. Dan yang paling sering
ditemui pada peristiwa anaerob.
Mikroorganisme pendegradasi klorofenol
Secara
alami mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mendegradasi senyawa
klorofenol. Kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi klorofenol
biasanya dipengaruhi oleh toksisitas klorofenol tersebut. Walaupun
klorofenol sangat toksik, ada beberapa mikroorganisme yang dapat
mendegradasi senyawa klorofenol yang telah diisolasi. Pada isolasi ini,
klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh
mikroorganisme.
Berdasarkan sifat substrat dan mekanisme mikroorganisme pendegradasi klorofenol dibagi tiga, yaitu :
a.Strain yang dapat mendegradasi mono dan diklorofenol. Mekanisme yang terjadi adalah
terjadinya peristiwa hidroksilasi klorofenol menjadi klorokatekol kemudian terjadi deklorinasi
sesudah terjadi pemecahan pada posisi orto katekol.
b.Strain yang dapat mendegradasi trikloro dan poliklorofenol. Mekanisme yang terjadi adalah
didahului peristiwa deklorinasi, kemudian terjadi hidroksilasi dan terbentuk para hidrokuinon.
c. Strain yang dapat mendegradasi klorofenol (mono hingga pentaklorofenol). Mekanisme yang
terjadi adalah deklorinasi, kemuadian diikuti pecahnya rantai benzen.
Degradasi mono dan diklorofenol dengan cara aerobic
Menurut
laporan Hale dan Reineke (1995), ada beberapa mikroorganisme yang dapat
tumbuh pada mono dan diklorofenol. Dalam hal ini mono dan diklorofenol
digunakan sebagai sumber karbon dan energi (Bollag 1968; Knackmus dkk
1978; Schwien dkk 1988; Tyler dkk 1974). Diklorofenol dapat dihasilkan
dari biodegradasi klorida fenoksi asetat.
Degradasi
klorofenol dapat merupakan bagian dari lintasan (pathway) degradasi
klorida fenoksi asetat (Bollag 1968; Dtzmuller 1989; Evans 1977; Horvath
1990; Sharpee 1973). Bakteri Pseudomonas sp. strain B.13 (Dorn
dkk 1978) yang dapat mendegradasi 3-klorobenzoat juga berfungsi untuk
mendegradasi monoklorofenol (Knackmus 1978; Schwien 1982). Senyawa
2,4-diklorofenol merupakan lintasan degradasi 2,4-diklorofenoksi asetat
dengan menggunakan Arthrobacter sp. dan Pseudomonas sp. (Bollag dkk 1968, Evans WC dkk 1977, Sharpee 1973). Pseudomonas sp.
strain B.13 dapat tumbuh pada 3-klorobenzoat, 4-klorofenol dan
mendegradasi 3-kloro, 4-kloro dan 3,5-diklorokatekol (Dorn dkk 1974
& 1978, Schmidt dkk 1980, Schwien dkk 1988). Degradasi mono dan
diklorofenol didahului oleh hidroksilasi sebagai tahap awal sehingga
terbentuk klorokatekol; 3-klorokatekol hasil hidroksilasi dari 2-kloro
dan 3-klorofenol, dan 4-klorokatekol hasil dari 3-kloro dan 4-klorofenol
sedangkan 3,5-diklorokatekol hasil dari 2,4-diklorofenol (Bollag dkk
1968, Evans WC dkk 1977, Knackmus dkk 1978, Schwien dkk 1982).
METODE PENELITIAN
Isolasi dan identifikasi mikroorganisme
Sumber
mikroorganisme yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
pengolahan air limbah pabrik bubur kertas PT. Indrayon, yang menggunakan
klorin sebagai pemutih. Dengan demikian air limbah ini akan mengandung
senyawa-senyawa kloroaromatik seperti klorofenol. Dengan adanya senyawa
klorofenol, diharapkan adanya bakteri yang menggunakan senyawa
klorofenol sebagai sumber karbon dan energi.
Mikroorganisme
dalam air limbah diberi nutrisi dan senyawa 2,4-diklorofenol kemudian
diaerasi selama 6 bulan, hingga warna air limbah menjadi bening. Tahap
berikutnya air limbah diberi nutrisi dan senyawa 2,4-diklorofenol dan
diaerasi selama 6 bulan, sehingga air limbah menjadi tidak berwarna.
Mikroorganisme dari perlakuan ini dikembangbiakkan pada medium yang
telah diberi senyawa 2,4-diklorofenol dengan konsentrasi yang
bervariasi, kemudian dimasukkan ke dalam cawan peti dan diinkubasi,
selanjutnya mikroorganisme yang diperoleh diseleksi dan diisolasi.
Mikroorganisme
hasil isolasi kemudian diaklimatisasi dengan senyawa 2,4-diklorofenol
dengan konsentrasi yang bervariasi. Aklimatisasi ini menggunakan medium
cair.
Mikroorganisme
hasil aklimatisasi kemudian diidentifikasi. Metode yang digunakan
adalah metode uji biokimia. Untuk uji keabsahan mikroorganisme hasil
isolasi dari air limbah ini dilakukan identifikasi oleh laboratorium
yang dapat mengidentifikasi mikroorganisme. Mikroorganisme hasil isolasi
ini digunakan dalam penelitian untuk biodegradasi senyawa
2,4-diklorofenol. Untuk mengetahui bahwa bakteri yang digunakan adalah
bakteri yang sama, maka dilakukan identifikasi terhadap setiap perlakuan
(percobaan).
Bahan dan Peralatan
Dalam
pelaksanaan penelitian ini ada beberapa bahan dan peralatan utama yang
digunakan agar hasil penelitian diperoleh dengan hasil yang baik.
Adapun bahan dan peralatan yang digunakan sebagai berikut :
a.Bahan
1.Air limbah pabrik bubur kertas sebagai sumber isolat bakteri
2. Senyawa 2,4-diklorofenol
3. Kloroform sebagai pelarut
4. K2CO3-
5. H2SO4-
6. MgSO4-
7. Larutan sintetis sebagai nutrisi atau trace mineral dalam pertumbuhan bakteri, antara lain :
NaHCO3, (NH4)2PO4, KH2PO4, FeSO47H2O, MgSO47H2O, CaCO3, ZnSO47H2O, yeast
extract.
8. Reagen test API20E, untuk identifikasi bakteri.
b. Peralatan
Ada beberapa peralatan utama yang digunakan agar penelitian ini tercapai dengan baik.
1.Spektrofotometer.
2.Penganalisa TOC (TOC Analyzer).
3.Kromatografi Gas (GC).
4.Pemanas (Oven).
5.Pengocok (Shaker).
Isolasi mikroorganisme
a. 200 liter air limbah pabrik bubur kertas yang diputihkan dengan klorin diberi senyawa 2,4-
diklorofenol sebanyak 10 g, diaerasi selama 6 bulan konsentrasi biomassa dan senyawa 2,4-
diklorofenol dianalisa dengan interval waktu 7 hari, kemudian ditambahkan 20 g senyawa
2,4-diklorofenol dan diaerasi selama 6 bulan, konsentrasi biomassa dan senyawa 2,4-
diklorofenol dianalisa dengan interval waktu 7 hari.
b.1 ml sampel limbah bubur kertas yang telah diberi senyawa 2,4-diklorofenol diencerkan ke
dalam 10 ml air steril.
c.1 ml sampel hasil pengenceran diberikan pada medium yang telah diberi senyawa 2,4-
diklorofenol (konsentrasi 40, 60, 80, 100 mg/l), kemudian dimasukkan pada cawan petri dan
diinkubasi, selanjutnya diseleksi.
Komposisi medium :
1. Ekstrak beef = 3,0 g/l 4. Glukosa = 15 g/l
2. Pepton = 5,0 g/l 5. Agar = 15 g/l
3. NaCl = 5,0 g/l 6.Aquades = 1000 ml
Aklimatisasi mikroorganisme
a.Hasil seleksi pada perlakuan ini diaklimatisasi sesuai dengan konsentrasi pada waktu seleksi,
yaitu 40, 60, 80, 100 mg/l dalam medium cair (volume 2 1).
b.Penambahan 2,4-diklorofenol dilakukan setiap 21 hari dengan konsentrasi masing-masing 60,
80, 100 mg/l hingga konsentrasi 2,4-diklorofenol untuk setiap perlakuan mencapai 100 mg/l.
c.Pertumbuhan mikroorganisme diamati setiap penambahan senyawa 2,4-diklorofenol dan
ditentukan pertumbuhan yang terbaik dari semua perlakuan.
d.Pertumbuhan yang terbaik digunakan sebagai isolate dalam penelitian.
Identifikasi mikroorganisme.
a.Hasil seleksi mikroorganisme diidentifikasi.
b.Mikroorganisme diidentifikasi berdasarkan uji biokimia.
Untuk uji keabsahan identifikasi mikroorganisme dikirim ke beberapa lembaga penelitian untuk identifikasi ulang, antara lain :
1.Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi – ITB Bandung.
2.Analisis sekuens 16S RNA di PAU ITB.
Uji degradasi.
Uji kemampuan degradasi dilakukan pada tiap bakteri dan kultur campuran bakteri.
Uji kemampuan degradasi dilakukan pada tiap bakteri dan kultur campuran bakteri.
Penentuan pertumbuhan biomassa pada tiap bakteri :
a.Isolat bakteri murni yang telah ditumbuhkan 400 mg/l (berat kering) diberikan nutrisi dan 2,4
diklorofenol.
b. Konsentrasi 2,4-diklorofenol bervariasi : 40, 60, 80, 100 mg/l.
c.Perlakuan diberikan dalam Erlenmeyer yang diletakkan pada shaker dengan revolusi 100 rpm
pada suhu kamar, pH=7.
d.Sampling dilakukan dengan interval waktu = 2 hari, selama 21 hari
Volume sampel = 100 ml, kemudian dianalisa untuk menentukan konsentrasi 2,4-diklorofenol, klorida serta konsentrasi biomassa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari
hasil isolasi dan identifikasi mikroorganisme terhadap isolate, maka
diperoleh bakteri gram negative dan gram positif. Kedua bakteri ini
dapat tumbuh dengan baik pada senyawa 2,4-diklorofenol. Senyawa
2,4-diklorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energy. Bentuk
fisik bakteri Alcaligenes sp ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 : Hasil isolasi Bakteri Alcaligenes sp
Identifikasi
bakteri dilakukan dengan metode uji biokimia dan analisis sekuens 16S
rRNA, kemudian diuji ulang di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
ITB. Berdasarkan hasil identifikasi dengan metode di atas menyatakan
bahwa spesies bakteri yang diperoleh adalah Alcaligenes sp dan Bacillus sp.
Hasil identifikasi subspecies kedua bakteri ini dengan semua metode
yang dilakukan oleh laboratorium tersebut menyatakan bahwa subspecies
yang diperoleh adalah subspecies baru. Hal ini disebabkan tidak
diperoleh informasi karakteristik subspecies bakteri yang sama dengan
subspecies bakteri yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Gambar 2 : Hasil isolasi Bakteri Baccilus sp
Pada
penelitian ini bakteri hasil aklimatisasi yang diperoleh adalah 2 (dua)
jenis. Hal ini disebabkan oleh sifat anti mikroorganisme
2,4-diklorofenol. Dengan adanya sifat meracuni senyawa 2,4-diklorofenol
terhadap mikroorganisme, sehingga hanya bakteri yang mampu bertahan pada
konsentrasi 2,4-diklorofenol tertentu dapat hidup. Seperti telah
diutarakan sebelumnya, aklimatisasi berlangsung selama 12 bulan dengan
konsentrasi 2,4-diklorofenol 100 mg/l (0,6134 M). konsentrasi ini dapat
menjadi anti bakteri dan anti fungi atau anti mikroorganisme dalam air
limbah. Hasil penelitian Apajalahati (1987) melaporkan bahwa konsentrasi
inhibitor klorofenol terhadap Rhodococcus chlorophenolicus adalah 4 μM
2,3,4,5-tetraklorofenol, 17 μM 2,3,5-triklorofenol, 20 μM
pentaklorofenol.
Pada isolate bakteri Alcaligenes sp, penggunaan senyawa 2,4-diklorofenol sebagai sumber karbon tidak terjadi hingga hari ke 1 (satu).
Gambar3 : Biodegradasi 2,4-DCP menggunakan bakteri Alcaligenes sp
Dalam
hal ini peristiwa biodegradasi tidak terjadi, bakteri hanya beradaptasi
terhadap senyawa 2,4-diklorofenol pada konsentrasi awal perlakuan.
Penggunaan substrat 2,4-diklorofenol sebagai sumber karbon terjadi mulai
hari ke 3 (tiga). Pada saat ini peristiwa-peristiwa biodegradasi telah
terjadi, hal ini dapat dilihat dari konsentrasi senyawa 2,4-diklorofenol
sisa sebesar 30 mg/l, 32 mg/l, 79 mg/l, sedangkan pada hari ke 21, sisa
2,4-diklorofenol menjadi 0,2 mg/l, 0,6 mg/l, 4 mg/ldan 3 mg/l dari
konsentrasi awal. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar4 : Biodegradasi 2,4-DCP menggunakan bakteri Baccilus sp
Demikian halnya untuk biodegradasi 2,4-diklorofenol menggunakan bakteri Baccilus sp,
Pada awalnya tidak menunjukkan proses biodegradasi hingga pada hari
pertama. Namun pada hari ke 3 (tiga) sudah nampak penggunaan substrat
2,4-diklorofenol sebagai sumber karbon. Pada saat ini peristiwa
biodegradasi telah terjadi, hal ini dapat dilihat dari konsentrasi
senyawa 2,4-diklorofenol sisa sebesar 28,5 mg/l, 45 mg/l, 78 mg/l dan
99,5 mg/l. Pada hari ke 21, sisa 2,4-diklorofenol menjadi 0,15 mg/l, 1,6
mg/l, 1 mg/l dan 2,5 mg/l dari konsentrasi awal. Kondisi ini dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar5 : Biodegradasi 2,4-DCP menggunakan bakteri campuran Alcaligenes sp dan bakteri Baccilus sp
Untuk
bakteri campuran antara Alcaligenes sp dan Baccilus sp, pada awalnya
tidak menunjukkan proses biodegradasi hingga pada hari pertama. Sehingga
dapat dikatakan bahwa awalnya kedua bakteri campuran hanya adaptasi
terhadap senyawa 2,4-diklorofenol. Namun pada hari ke 3 (tiga) sudah
nampak penggunaan substrat 2,4-diklorofenol oleh bakteri sebagai sumber
karbon. Pada saat ini peristiwa biodegradasi telah terjadi, hal ini
dapat dilihat dari konsentrasi senyawa 2,4-diklorofenol sisa yang
terukur sebesar 30 mg/l, 40 mg/l dan 78. Biodegradasi terus berlangsung
hingga pada hari ke 21 yang ditunjukkan oleh sisa 2,4-diklorofenol
menjadi 0,15 mg/l, 1,6 mg/l, 1 mg/l dan 2,5 mg/l dari konsentrasi awal.
Kondisi seperti ini dapat dilihat pada Gambar 5.
KESIMPULAN
- 1. Isolasi mikroorganisme yang diambil dari air limbah pabrik bubur kertas, diperoleh 2 (dua) jenis bakteri yang dapat mendegradasi 2,4-diklorofenol.
- Hasil identifikasi bakteri berdasarkan metode uji biokimia dan hasil uji di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi ITB, diperoleh bakteri: Alcaligenes sp (gram negatif) , Baccilus sp (gram positif)
- Biodegradasi 2,4-diklorofenol terjadi mulai hari ke 3 (tiga), hal ini ditunjukkan oleh berkurangnya konsentrasi 2,4-diklorofenol yang dipergunakan sebagai sumber karbon oleh kedua bakteri tersebut.
- Kedua bakteri mampu mendegradasi senyawa 2,4-diklorofenol, hal ini ditunjukkan oleh hasil pengukuran konsentrasi 2,4-diklorofenol sisa pada hari ke 21 sebesar 0,2 mg/l dari konsentrasi mula-mula 40 mg/l jika menggunakan bakteri Alcaligenes sp, 0,15 mg/l untuk bakteri Baccilus sp dan 1,2 mg/l untuk bakteri campuran keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Brigman, G., R. Kuhn (1977); Grenzwerte der Schadwirkung wassergefahrdender Stoffe gegen Bakterien (Pseudomonas putida) and Grunalgen (Scenedesmus qudricauda) in Zellvermehrung shemm test, Z. Wasser Abwasser Forsch 10, 87-98.
Christiansen, N., H.V. Hendriksen (1995); Degradation of Chlorinated Aromatic Compounds in UASB Reactors, Wat.Sci.Tech. 31, 249-259.
Evans C.W., W. Smith, P. Moss (1971); Bacterial Metabolism of 4-chlorophenoxy acetate, Biochem J., 122, 509-517.
Haggblom, M. (1993); Microbial breakdown of halogenated aromatic pesticides and related compounds, FEMS. Microbiol Rev. 103, 29-72.
Huber, W., V. Schubert (1982); Effects of pentachlorophenol on the metabolism of aquatic maccrophyte Lemnaminor L., Environmental Pollution (Series A) 29, 215-223.
Leuenberger, C., W., Giger, R., Conry (1985); Persistent Chemicals in Pulp Mill Effluents, Water.Res. 19, 885-894.
Nillson, A.H. (1990); The biodegradation of halogenated organic compounds, Journal of Applied Bacteriology 69, 445-470.
Pembahasan Singkat dari Jurnal Penelitian Diatas
Dari hasil survey jurnal tentang Biodegradasi 2,4-Diklorofenol oleh bakteri Alcaligenis sp dan Baccilus sp
dimana senyawa yang lebih sederhana akan mengikuti suatu mekanisme dan
kinetika degradasi serta model kinetika tertentu.Hal ini disebabkan
karena toksisitas senyawa ini lebih besar dari pada senyawa diklorofenol
lainnya. Klorofenol adalah racun bagi semua organisme (Kozak 1979).
Pentaklorofenol (PCP) adalah senyawa klorofenol yang paling beracun.
Senyawa ini dapat mematikan ikan, tikus, dan manusia jika terdapat
konsentrasi 100 mg/kg pada jaringan.
Ada
beberapa sumber klorofenol yang sangat potensil dalam lingkungan. Pada
kegiatan pertanian, di samping penggunaan sebagai biosida, klorofenol
dapat dihasilkan dari hasil antara sintesa biosida di dalam lingkungan.
Hal seperti ini dapat dilihat pada sintesa herbisida 2,4-diklorofenoksi
asetat (2,4-D) yang menghasilkan 2,4-diklorofenol dan sintesa
2,4,5-triklorofenoksi asetat (2,4,5-T) yang menghasilkan
2,4,5-triklorofenol.
Dengan
adanya kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa-senyawa
kloroaromatik, maka diperoleh suatu anggapan bahwa mikroorganisme dapat
digunakan untuk degradasi senyawa-senyawa klorofenol. Senyawa klorofenol
ini dapat didegradasi oleh mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Peristiwa metabolisa pada degradasi ini juga diikuti
oleh mineralisasi dari senyawa tersebut. Mineralisasi merupakan konversi
dari senyawa klorofenol menjadi senyawa anorganik. Dalam hal ini
klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh
mikroorganisme. Kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi klorofenol
biasanya dipengaruhi oleh toksisitas klorofenol tersebut. Walaupun
klorofenol sangat toksik, ada beberapa mikroorganisme yang dapat
mendegradasi senyawa klorofenol yang telah diisolasi. Pada isolasi ini,
klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh
mikroorganisme.
Pada
peristiwa mineralisasi atau penyisihan halogen dari senyawa organik
oleh mikroorganisme ada dua tipe reaksi yang sering terjadi yaitu reaksi
oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi adalah peristiwa
perpindahan elektron dari senyawa halogenasi atau ke senyawa halogenasi
itu sendiri. Reaksi
oksidasi pada umumnya tidak secara langsung menghilangkan halogen
kecuali jika diikuti oleh suatu dehalogenasi hidrolitik. Pada kasus ini
posisi halogen digantikan oleh group hidroksi dari air dengan melalui
substitusi nukloefilik. Senyawa-senyawa kloroaromatik pada umumnya
melakukan oksidasi sebagai tahap awal sebelum deklorinasi.
Berdasarkan artikel hasil penelitian seorang ilmuan diatas, dinyatakan bahwa " Senyawa klorofenol
ini dapat didegradasi oleh mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Peristiwa metabolisa pada degradasi ini juga diikuti
oleh mineralisasi dari senyawa tersebut. Mineralisasi merupakan konversi
dari senyawa klorofenol menjadi senyawa anorganik". Disini di ketahui bahwa klorofenol merupakan senyawa organik yang mengandung atom C, atom H dan cl. Dan diketahui juga bahwa senyawa anorganik itu memiliki sifat yang tidak dapat membentuk rantai karbon. Dari sini, yang menjadi permasalahan saya adalah:
- Bagaimana cara kerja mikroorganisme tersebut dapat mengkonversi klorofenol yang merupakan senyawa organik menjadi senyawa anorganik?
- Bagaimana mikroorganisme tersebut dapat mendegradasi 2,4 diklorofenol, sedangkan diketahui bahwa 2,4 diklorofenol itu memiliki sifat toksik dapat mematikan hewan dan bahkan manusia?
baiklah novi, saya akan langsung berkomentar untuk pertanyaan kedua dulu, pertanyaan lainnya Insya Allah akan sayan jawab kalo ketemu jawabannya
BalasHapuscheck this out...!!!
Ada beberapa sumber klorofenol yang sangat potensil dalam lingkungan. Pada kegiatan pertanian, di samping penggunaan sebagai biosida, klorofenol dapat dihasilkan dari hasil antara sintesa biosida di dalam lingkungan. Hal seperti ini dapat dilihat pada sintesa herbisida 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) yang menghasilkan 2,4-diklorofenol dan sintesa 2,4,5-triklorofenoksi asetat (2,4,5-T) yang menghasilkan 2,4,5-triklorofenol.
Dengan adanya kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa-senyawa kloroaromatik, maka diperoleh suatu anggapan bahwa mikroorganisme dapat digunakan untuk degradasi senyawa-senyawa klorofenol. Senyawa klorofenol ini dapat didegradasi oleh mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Peristiwa metabolisa pada degradasi ini juga diikuti oleh mineralisasi dari senyawa tersebut. Mineralisasi merupakan konversi dari senyawa klorofenol menjadi senyawa anorganik. Dalam hal ini klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh mikroorganisme. Kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi klorofenol biasanya dipengaruhi oleh toksisitas klorofenol tersebut. Walaupun klorofenol sangat toksik, ada beberapa mikroorganisme yang dapat mendegradasi senyawa klorofenol yang telah diisolasi. Pada isolasi ini, klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh mikroorganisme.
baik lah saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda yang kedua, menurut literatur yang saya baca Secara alami mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mendegradasi senyawa klorofenol. Kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi klorofenol biasanya dipengaruhi oleh toksisitas klorofenol tersebut. Walaupun klorofenol sangat toksik, ada beberapa mikroorganisme yang dapat mendegradasi senyawa klorofenol yang telah diisolasi. Pada isolasi ini, klorofenol digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh
BalasHapusmikroorganisme.
Berdasarkan sifat substrat dan mekanisme mikroorganisme pendegradasi klorofenol dibagi tiga, yaitu :
1.Strain yang dapat mendegradasi mono dan diklorofenol. Mekanisme yang terjadi adalah terjadinya peristiwa hidroksilasi klorofenol menjadi klorokatekol kemudian terjadi deklorinasi sesudah terjadi pemecahan pada posisi orto katekol.
2.Strain yang dapat mendegradasi trikloro dan poliklorofenol. Mekanisme yang terjadi adalah didahului peristiwa deklorinasi, kemudian terjadi hidroksilasi dan terbentuk para hidrokuinon.
3.Strain yang dapat mendegradasi klorofenol (mono hingga pentaklorofenol). Mekanisme yang terjadi adalah deklorinasi, kemuadian diikuti pecahnya rantai benzen.
terima kasih semoga dapat membantu
baiklah, saya akan mencoba menjawab permasalahan anda yang pertama,..
BalasHapusmenurut literatur yang saya baca,
Fenol dan homolognya seperti klorofenol memerlukan suasana aerob dan anaerob agar dapat terdegradasi. Reduktif dehalogenasi dilakukan dalam suasana anaerob, namun tahap pembentukan katekol atau klorokatekol pada reaksi yang menggunakan ring-dioxygenase dan ringcleavage dioxygenase memerlukan oksigen. Meski tidak menyebutkan secara spesifik, Mohn and Kennedy (1992) melihat adanya beberapa mikroba anaerob yang
mampu mendegradasi klorofenol dan mungkin dapat digunakan pada limbah yang
mengandung klorofenol. Biodegradasi anaerobik merupakan suatu pilihan yang
murah untuk mengeluarkan bahan pencemar organik in situ dari lingkungan.
semoga membantu
kita juga punya nih artikel mengenai topik yang kalian bahas
BalasHapussekarang, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
klik di sini untuk download
trimakasih